Rabu, 04 September 2024

MAKALAH LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

 


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Landasan dan Asas-asas Pendidikan serta Penerapannya”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Suchainah, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing Pengantar Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, serta rekan-rekan mahasiswa STKIP STIT PGRI PASURUAN yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penyusun.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap kerangka acuan makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penyusun pada khususnya

Pasuruan, September 2015

Tim Penyusun


 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

BAB I PENDAHULUAN.. 1

1.1.     Latar Belakang. 1

1.2.     Rumusan Masalah. 1

1.3.     Tujuan Penulisan. 2

BAB II KAJIAN TEORI. 3

2.1.     Pengertian Pendidikan. 3

2.2.     Pengertian Landasan Pendidikan. 4

2.3.     Pengertian Asas Pendidikan. 5

BAB III PEMBAHASAN.. 6

3.1.     Landasan Pendidikan dan Penerapannya di Indonesia. 6

3.1.1.      Landasan Filosofi Pendidikan. 6

3.1.2.      Landasan Sosiologis. 13

3.1.3.      Landasan Kultural 15

3.1.4.      Landasan Psikologis. 15

3.1.5.      Landasan Ilmiah dan Teknologis. 17

3.1.6.      Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di Indonesia. 17

3.1.7.      Landasan Religius. 18

3.2.     Asas-Asas Pendidikan dan Penerapannya di Indonesia. 19

3.2.1.      Asas Tut Wuri Handayani 19

3.2.2.      Asas Kemandirian dalam Belajar 20

3.2.3.      Asas Belajar sepanjang Hayat 21

BAB IV PENUTUP. 23

3.1.     Kesimpulan. 23

DAFTAR PUSTAKA.. 24

 


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu.Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.

Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofi, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuanpendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan
asa-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat  memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional.

Dalam Bab III, akandipusatkan pada paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi.Sedangkan asas yang dikaji adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, dan kemandirian dalam belajar.

Pengkajian tentang landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada upaya dan permasalahan penerapannya.

1.2.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji masalah-masalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana Landasan Pendidikan?

2.      Bagaimana Asas-asas Pendidikan?

3.      Bagaimana Penerapan Asas-asas Pendidikan?

1.3.   Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:

1.      Menjelaskan Landasan Pendidikan

2.      Menjelaskan Asas-asas Pendidikan

3.      Menjelaskan Penerapan Asas-asas Pendidikan

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1.   Pengertian Pendidikan

Pendidikan sebagai gejala universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena selain pendidikan sebagai gejala, juga sebagai upaya memanusiakan manusia. Berikut ini akan dikemukakam beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli :

1.      Menurut Rusli Lutan (1994) mengemukakan bahwa “pendidikan pada hakekatnya tetap sebagai proses membangkitkan kekuatan dan harga diri dari rasa ketidakmampuan, ketidakberdayaan, keserbakekurangan”.

2.      Djuju Sudjana (1996:31) tentang modal itu dalam dirinya sendiri yang tersirat dalam “human capital theory”, bahwa manusia merupakan sumber daya utama, berperan sebagai subyek baik dalam upaya meningkatkan tarap hidup dirinya maupun dalam melestarikan dan memanfaatkan lingkungannya. Menurut teori-teori ini konsep pendidikan harus dirasakan atas anggapan bahwa modal yang dimiliki manusia itu sendiri meliputi : sikap, pengetahuan, keterampilan dan aspirasi. Dengan perkataan, “modal utama bagi kemajuan manusia tidak berada di luar dirinya melainkan ada dalam dirinya, dan modal itu sendiri adalah pendidikan.

3.      Menurut George F. Knelled Ledi dalam bukunya yang berjudul Of Education (1967:63), pendidikan dapat dipandang dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical Ability) individu, pendidikan dalam arti ini berlangsung terus menerus (seumur hidup) kita sesungguhnya dan pengalaman seluruh kehidupan kita (George F. Knelled, 1967:63) dan pendidikan, Demands A. kualitative concept of experience (Frederick Mayyer, 1963:3-5).

4.      Selanjutnya menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk emmiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Jadi dapat disimpulkan, pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan. Dalam pendidikan, secara implicit terjalin hubungan antara dua pihak, yaitu pihak pendidik dan pihak peserta didik yang di dalam hubungan itu berlainan kedudukan dan peranan setiap pihak, akan tetapi sama dalam hal dayanya yaitu salling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pendidikan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan-tujuan yang diinginkan.

2.2.   Pengertian Landasan Pendidikan

Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar  atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak  atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi,  adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.

Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.

Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan.Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan).Studi pendidikanadalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak  dalam rangka praktek pendidikan dan atau  studi pendidikan. Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif cara-cara pendidikan yang dipilihnya, dst. Dengan demikian landasan yang kokoh setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan dapat dihindarkan sehingga praktek pendidikan diharapkan sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat dipertanggungjawabkan.

2.3.   Pengertian Asas Pendidikan

Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar atau tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Diantara asas-asas tersebut adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1.   Landasan Pendidikan dan Penerapannya di Indonesia

Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya.Semua tindakan pendidik diarahkan kepada tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui.Dalam pernyataan di atas tersurat dan tersirat bahwa pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia, bersifat normatif, dank arena itu mesti daapt dipertanggungjawabkan.

Sehubungan dengan hal diatas, praktek pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, sebaliknya harus dilaksanakan secara didasari dan terencana. Artinya, praktek pendidikan harus memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas dan tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta efektif cara-cara pelaksanaannya.Implikasinya, dalam rangka pendidikan mesti terdapat momen berpikir dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Sebelum melaksanakan prakterk pendidikan, diantaranya mengenai landasan-landasannya. Sebab, landasan pendidikan akan menjadi titik tolak praktek pendidikan. Landasan pendidikan akan menjadi titik tolak dalam menetapkan tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan, memilih cara-cara pendidikan. dst. Dengan demikian praktek pendidikan diharapkan menjadi mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta betul-betul akan dapat dipertanggungjawabkan.

3.1.1.      Landasan Filosofis

Pendidikan merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan dikembangkan, baik secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis.Teori dan praktik dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan semakin meningkatnya peradaban manusia.Kalau dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi dengan teknologi.Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam dunia pendidikan.

Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga penyelenggara pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam memetakan masa depan (Harefa, 2000). Pendidikan terutama diorientasikan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam menjalankan tugas professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan.Namun, Seiring gencarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun mengalami perkembangan yang pesat.Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin meningkatnya kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri sebagai manusia.

Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan ontologis) maupun secara ilmiah.Teori yang dianut dalam sebuah praktek pendidikan sangat penting, karena pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus dapat dipertanggungjawabkan. Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai-nilai agar mampu menata perilaku serta pribadi sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah. Menurut Kusuma (2007), hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral.

Menurut Wen (2003), di zaman yang berbeda-beda tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi individu juga berbeda-berbeda. Zaman agrikulutur menuntut orang bekerja keras dan mencari nafkah lewat kerja fisik, zaman industri menuntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas dan talenta individual, dan zaman internet adalah zamannya untuk membebaskan kualitas-kualitas khusus individual yang seringkali tertindas di zaman industri. Oleh karena itu, seharusnya sifat dan kualitas pendidikanpun berubah sesuai zaman dan harus diletakkan landasan bagi pendidikan beraspek multi.

Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti  berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.

Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.

Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein berarti mencintai, dan sophos atausophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan dunia. Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya  bersumber dari dua faktor, yaitu:

o   Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan

o   Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada dianatara keduanya: Kawasannya seluas religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al., 1992: 126-134.)

Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni:

1.      Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.

2.      Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta social dan politik (filsafat pemerintahan).

Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:

1.      Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum, dan sebagainya.

2.      Masyarakat dan kebudayaannya.

3.      Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan

4.      Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (Wayan Ardhana, 1986: Modul1/9).

Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:

1.      Naturalisme

2.      Idealisme

3.      Pragmatisme

Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia dan dunianya.

Berbeda dengan aliran diatas, Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.

Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari sesuatu itu harus benar. Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia (Abu Hanifah, 1950: 136). John Dewey (dari Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144), salah seorang tokoh pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme secara eksperimental melalui lima tahap:

1.      Situasi tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan didalam pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.

2.      Diagnosi, yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan factor penyebabnya.

3.      Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkiarakan dapat mengatasi masalah.

4.      Pengujian hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing jika dipraktekkan.

5.      Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.

Oleh karena itu, bagi paragtisme, pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang penting adalah metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran paragtisme tersebut bahkan terwujud dalam gerakan pendidikan progresif atau progresivisme sebagai bagian dari suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika Serikat. Progresivisme menentang pendidikan tradisionalis serta mengembangkan teori pendidikan dengan prinsip-prinsip antara lain:

1.      Anak harus bebas agar dapat berkembang wajar.

2.      Menumbuhkan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.

3.      Guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.

4.      Harus ada kerja sama sekolah dan rumah.

5.      Sekolah progresif harus merupakan suatu laboraturium untuk melakukan eksperimentasi (Wayan Ardhana, 1986: 16-17)

Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan itu (Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986 :14-18) adalah:

1.      Esensialisme.

Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme tersebut menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasara tinjauan yang realistic. Matematika yang sangat diutmakan idealisme, juga penting artinya bagi filsafat realism, karena matematika adalah alat menghitung penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata

Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts, yaitu:

1).      Penguasaan bahasa termasuk rerorika

2).      Gramatika

3).      Kesusateraan

4).      Filsafat

5).      Ilmu kealaman

6).       Matematika

7).      Sejarah

8).      Seni keindahan (fine arts)

 

Contoh penerapan: Penerapan kurikulum yang sesuai.

 

2.      Perenialisme

Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang poko-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:

1).      Pengetahuan yang benar (truth)

2).      Keindahan (beauty)

3).      Kecintaan kepada kebaikan (goodness)

Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perennial. Prinsip pendidikan antaralain:

1).       Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.

2).      Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir.

3).       Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.

4).      Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.

5).       Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)

 

Contoh penerapan: Pembelajaran disiplin dalam pendidikan.

 

3.      Pragmatisme dan Progresivisme

Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.

Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip, antara lain sebagai berikut:

1).       Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar

2).      Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.

3).       Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.

4).      Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan ekperimentasi.

 Contoh penerapan: Dalam pembelajaran Sejarah, dengan menggunakan salah satu metode rekreasi ke musium sejarah, dan dengan begitu diharapkan sisiwa tersebut dapat menjadi tempat belajar yang menyenangkan dan dapat membangun pengetahuan mereka

4.      Rekonstruksionisme

Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakatbaru yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

3.1.2.      Landasan Sosiologis

Manusia  yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi dengan yang lain sama halnya hewan,tetapi pengelompokan pada manusia lebih rumit dari pada hewan.pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki ciri:

o    Ada pembagian kerja yang tetap pada anggotanya

o    Ada ketergantungan antara anggota

o    Ada kerjasama  antara anggota

o    Ada komunikasi antara anggota

o    Dan adanya diskrimunasi antara individu satu dengan yang lain dalam kelompok

1.      a.      Pengertian tentang landasan sosiologi

Dimana suatu proses interaksi antar dua individu,bahkan dua generasi dan memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan diri.sehingga melahirkan cabang cabang sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari antara lain:

1)     Hubungan pendidikan dengan aspek masyarakat lain,yang mempelajari:

o    Fungsi pendidikan dalam kebudayaan

o    Hubungan sisitem pendidikan dan proses kontrol sosiala dengan sstem kekuasaan lain

o    Fungsi pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan

o    Hubungan antar kelas sosial

o    Fungsional pendidikan formal yang mencakup hubungan dengan ras,kebudayaam dan kelompok kelompok dalam masyarakat

2)      Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:

o    Sifat  kebudayaan dalam sekolah yang khusus dan berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah

o    Pola interaksi dan struktur masyarakat sekolah

3)      Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya,yang mempelajari:

o    Peranan sosial guru

o    Sifat  kepribadian guru

o    Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laju sisiwa

o    Fungsi sosial sekolah pada sosialisasi anak anak

4)       Sekolah dalam komunitas,mempelajari pola interaksi antara sekolah dalam komunitasnya yang meliputi:

o    Pelukisan komunitas sekolah sepertti tampaknya dalam prganisasi sekolah

o    Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak pada kaum sosila tak terpelajar

o    Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikannya

o    Faktor faktor demografi dan ekologi dalam organisasi sekolah

Dalam keempat nidang di atas yang di pelajari untuk memahami pendidikan dalam masyarakat menurut Wayan ardhan.

1.      b.   Masyarakat indonesia sebagai landasan sosiologi sistem pendidikan nasional (sisdiknas)

Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama anatara lain:

o    Adanya interaksi antar warga warganya

o    Pola tingkah laku yang diatur adat istiadat,hukum dan norma yang berlaku

o    Adanya rasa identitas yang kuat dan mengikat pada warganya.

 

Contoh penerapan:

 a) Diadakannya kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah.

b) Pelaksanaan piket kelas dalam bentuk kelompok yang juga mengajarkan gotong royong dan kerjasama kepada siswa.

.

3.1.3.      Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sehingga kebudayaan dapat dilestarikan/dikembang dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupan formal.

1.      a.      Pengertian tentang Landasan Kultural

Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, dan dalam belajar arti luas dapat berwujud:

o    Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya.

o    Kegiatan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, dan

o    Fisik yakni benda hasil karya manusia

1.      b.      Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sisitem Pendidikan Nasional

Seperti yang di kemukakakan sisdiknas, yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia, dimana kehidupan  masyarakat indonesia yang majemuk dan akan  kaya kebudayaannya dan keberadaan semua itu semakin kukuh. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis, seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka Tunggal Ika.

Contoh penerapan: Pembelajaran Pendidikan Pancasila

3.1.4.      Landasan Psikologis

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar.

1.      a.      Pengertian Landasan Psiklogis

Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.

Seperti di kemukakakn teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:

o    Kebutuhan fisiologis: kebutuhan memmpertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan sebagainya)

o    Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan

o    Kebutuhan akan cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok

o    Kebutuhan akan alkuturasi diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki

o    Kebutuhan untuk mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan iptek

 

1.      b.      Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis

Perkembangan manusia berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat kematian, sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).

Salah satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum karena:

o    Prinsip tersebut yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.

o    Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian itu unik)

Terdapat dua hal kepribadian yang penting di tinjau dari konteks perkembangan kepribadian, yakni:

o    Terintegrasinya seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.

o    Terjadi tingkah laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.

Contoh penerapan:

a) Adanya guru bimbingan konseling untuk menyelesaikan masalah siswa.

b) Kebijakan untuk mengumumkan juara di sekolah setelah ujian kenaikan kelas, sebagai penghargaan kepada siswa berprestasi dan juga motivasi untuk siswa lainnya.

c) Pemberian beasiswa kepada siswa yang memiliki prestasi tinggi.

3.1.5.      Landasan Ilmiah dan Teknologis

Seperti yang kita ketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain, pendidikan sangat berperan penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.

o    Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi. Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.

o    Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula bidang keilmuan yang tercatat adalah oleh bangsa Mesir purba, dimana banjir tahunan sungai Nil menyebabkan berkembangnya system almanac, geometri dan kegiatan survey.

 Contoh penerapannya:

a) Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Selama ini, proses pembelajaran yang kita kenal yaitu adanya pembelajaran yang disampaikan hanya dengan tatap muka langsung, namun dengan adanya kemajuan teknologi, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos Internet dan lain-lain.
b) Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian yang menggunakan pemamfaatan Teknologi.

3.1.6.      Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di Indonesia

Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah  seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak  system pendidikan Indonesia, yang menurut  Undang-Undang  Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah  pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan. Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur pendidikan antara lain :

  1. Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31
  2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
  3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 
  4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
  5. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
  6. PP Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
  7. PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru
  8. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan  Menengah.
  9. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
  10. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
  11. Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
  12. Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Contoh penerapannya:

a) Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional dengan standar nilai.

b) Keputusan kenaikan kelas dilakukan satu tahun sakali.

c) Penerapan UU Guru dan Dosen

3.1.7.      Landasan Religius

Pendidikan adalah suatu usaha disengaja yang diperuntukan dalam upaya untuk mengantarkan peserta didik menuju pada tingkat kematangan atau kedewasaan, baik moral maupun intelektual.Pendidikan tidak semata-mata hanya berorientasi pada cita-cita intelektual saja.Namun tidak melupakan nilai-nilai ketuhanan, individual dan social. Artinya, proses pendidikan disamping akan menuntuk dan memancing potensi intelektual seseorang, juga menghidupkan dan mempertahankan unsur manusiawi dalam dirinya dengan landasan iman dan takwa.

Oleh karena itu, A. Tafsir (2008: 11-12), menjelaskan bahwa pendidikan agama itu tidak akan berhasil bila hanya diserahkan kepada guru agama. Dia mengatakan pendidikan keimanan dan ketakwaan,  inti dari pendidikan agama, itu adalah tugas bersama antara guru, sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dalam arti bahwa perlu adanya keterpaduan, baik keterpaduan tujuan, materi, proses, dan lembaga.

Dengan adanya undang-undang dan fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan, menjadikan agama sebagai suatu yang wajib untuk dijadikan landasan dalam proses pendidikan, baik di tingkat dasr maupun menengah, dan bahkan sampai ke perguruan tinggi.

Contoh penerapannya:

a) Pembelajaran agama untuk mendidik akhlak siswa.

b) Kegiatan infaq dan zakat mendidik siswa untuk berbagi dengan sesama atas dasar Al-Qur’an dan Sunah

3.2.   Asas-Asas Pendidikan dan Penerapannya di Indonesia

Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar atau tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Sistem pendidikan Indonesia mengenal adanya tiga asas-asas pendidikan. Asas yang pertama adalah asas Tut Wuri Handayani (berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ‘Jika di belakang mengawasi dengan awas’).Asas pendidikan yang kedua adalah asas ‘Belajar Sepanjang Hayat;’ sedang asas yang terakhir adalah asas ‘Kemandirian dalam Belajar.’

3.2.1.      Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:

o    Ing Ngarsa Sung Tulada ( jika di depan menjadi contoh).

o    Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan membangkitkan semangat).

o    Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan/mengikuti dengan awas).

 

Contoh penerapannya:

1. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri.

2. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.

3. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya.

4. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri.

5. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal

3.2.2.      Asas Kemandirian dalam Belajar

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.

1.      Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.

2.      Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

Contoh penerapannya:

1. Adanya kegiatan evaluasi diri (self evaluation) yang dilakukan oleh siswa sendiri.

2. Siswa/peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan belajarnya.

3. Siswa/peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar yang ingin dipelajarinya dan cara mempelajarinya.

 4. Siswa/peserta didik mempunyai kebebasan untuk belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5. Siswa/peserta didik dapat ikut menentukan cara evaluasi yang akan digunakan untuk menilai kemajuan belajarnya.

3.2.3.      Asas Belajar sepanjang Hayat

Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.

Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apa bila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan mampu menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain: informator, organisator dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu.

Contoh penerapanya:

Pendidikan sepanjang hayat dapat di jabarkan ke dalam program – program pendidikan sekolah dan luar sekolah. Dalam prakteknya, program – program dalam pendidikan luar sekolah di pandang oleh pakar – pakar pendidikan lebih mampu mengembangkan kehadiranya untuk mengkondisikan tumbuhnya kesadaran, minat dan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kegiatan belajar yang berkesinambungan. Melalui berbagai kegiatan pendidikan atau luar sekolah seperti belajar dalam kelompok sebaya (peer groups). Upaya peningkatan taraf hidup keluarga, belajar di perpustakaan, dan kegiatan belajar dalam lingkungan kerja, belajar di lembaga dan masyarakat memungkinkan setiap orang dapat terlibat secara langsung dalam proses pendidikan sepanjang hayat.

 


BAB IV
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan

Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak.Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu.Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya.Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.


 

DAFTAR PUSTAKA

*      http://edukasi.kompasiana.com/2015/09/10/landasan-pendidikan-di-indonesia/

*      http://mahmuddin.wordpress.com/2015/09/10/landasan-filosofi-pendidikan-pengantar/

*      http://khotneeda.blogspot.com/2015/09/10/landasan-psikologis-sosiologis-kultural.html

*      http://himcyoo.wordpress.com/2015/09/10//landasan-yuridis-pendidikan/

*      http://moshimoshi.netne.net/materi/ilmu_pendidikan/bab_3.htm

*      http://www.mukminun.com/2015/09/10//asas-asas-pendidikan-indonesia-dan.html

*      http://adisastrajaya.blogspot.com/2015/09/10/landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta.html

*      http://yandiyulio.wordpress.com/2015/09/10/landasan-pendidikan/

*      Umar Tirtaraharja. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta