Sabtu, 04 Juni 2016

MAKALAH HUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA

MAKALAH
HUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA


Dosen
SITI HALIMAH, M.Pd
Mata Kuliah
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh:
1.     SAIFI ATHOILLAH
2.     MOCH. AFIFUDDIN JA`FAR
 


















STKIP PGRI PASURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
PASURUAN

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penghitungan Pendapatan Nasional”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Halimah, M.Pd. selaku dosen pembimbing Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, serta rekan-rekan mahasiswa STKIP STIT PGRI PASURUAN yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penyusun.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap kerangka acuan makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penyusun pada khusunya
Pasuruan, Maret 2016
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................        i
DAFTAR ISI ..................................................................................................       ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................       1
A.  Latar Belakang Masalah .........................................................................       1
B.  Rumusan Masalah ...................................................................................       2
C.  Tujuan Masalah .......................................................................................       2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................       3
A.  Pengertian Manusia dalam Al-Qur`an dan Humanisme ......................       3
B.  Pengertian Agama dan Unsur-unsur Pokok Agama ............................       7
C.  Hubungan Manusia dengan Agama ......................................................       9
D.  Agama Sebagai Fitrah dan Pedoman Hidup Manusia..........................      11
BAB III PENUTUP........................................................................................      13
A.  Kesimpulan ...............................................................................................      13
B.  Saran .........................................................................................................      13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................      14


BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang Masalah

            Agama adalah fitrah “ketentuan mutlak” bagi Manusia tanpa agama, manusia bukan berarti apa-apa, karena Agama memang ditujukan bagi manusia.

            Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi).(1)

            Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.(2)
            .
B.                 Rumusan Masalah

            Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah “Hubungan Manusia dan Agama”. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :

1.                  Apa Pengertian Manusia dalam Al-Qur`an dan Humanisme?
2.                  Apa Pengertian Agama dan Unsur-unsur Pokok Agama?
3.                  Bagaimana Hubungan Manusia dengan Agama?
4.                  Bagaimanakah Agama Sebagai Fitrah dan Pedoman Hidup Manusia?

C.                Tujuan

            Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama. Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :

1.                  Untuk mengetahui pengertian manusia dalam Al-Qur`an dan humanisme
2.                  Untuk mengetahui pengertian agama dan unsur-unsur pokok agama
3.                  Untuk mengetahui hubungan manusia dengan agama
4.                  Untuk mengetahui bahwa agama sebagai fitrah dan pedoman hidup manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Manusia dalam Al-Qur`an dan Humanisme

1.      Pengertian Manusia dalam Al-Quran

Manusia telah berupaya memahami dirinya selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan menyakinkan tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subyektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secara lebih utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan kitab suci Al-Qur`an yang diantara ayat-ayatNya adalah gambaran-gambaran konkret tentang manusia. Penyebutan nama manusia dalam Al-Qur`an tidak hanya satu macam. Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan berbagai aspek kehidupan manusia, di antaranya :

a.       Dari aspek historis penciptaannya manusia disebut dengan Bani Adam :
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Qs Al-A`roof : 31)” (3)

b.      Dari aspek biologis kemanusiaannya disebut dengan basyar yang mencerminkan, sifat-sifat fisik, kimia, biologisnya :
“Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. (Qs Al-Mukminun Ayat 33)” (3)

c.       Dari aspek kecerdasannya disebut dengan insan yakni makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan :
“Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Qs Ar-Rohman Ayat 3-4)” (3)

d.      Dari aspek sosiologisnya disebut annas yang menunjukkan sifatnya yang berkelompok sesama jenisnya :
Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah Ayat 21)” (3)

e.       Dari aspek posisinya disebut abdun (hamba) yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya:
Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya). (Qs Saba` Ayat 9)” (3)

2.      Pengertian Manusia dalam Humanisme

Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan fisiologisnya. Fungsi-fungsi kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf  bawaan. (3)

Manusia menyadari bahwa dirinya sangat berbeda dari binatang apapun. Tetapi memahami siapa sebenarnya manusia itu bukan persoalan yang mudah. Ini terbukti dari pembahasan manusia tentang dirinya sendiri yang telah berlangsung demikian lama. (3)

Para ahli pikir berbeda pendapat dalam mendefinisikan manusia. Perbedaan tersebut sebenarnya disebabkan oleh kenyataan kekuatan dan peran multidimensional yang dimainkan manusia. Sedangkan kecenderungan para ahli pikir hanya meninjau dari sisi yang menjadi titik pusat perhatiannya dan mengabaikan sisi yang lainya. (3)

Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo valens (manusia berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku hasil interaksi antara komponen biologis, psikologis dan sosial. Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional dan moral. (3)
Para penganut teori behaviorisme menyebut nama manusia sebagai homo mechanicus (manusia mesin). Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behavionarisme ingin menganalisis perilaku yang tampak saja, yang diukur, dilukiskan dan diramalkan. Menurut aliran ini semua tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya. (3)

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berpikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung manganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir, memutuskan, menyatakan, memahami dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia. (3)

Para penganut teori humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens (manusia bermain). Aliran ini mengecam teori psikoanalisis dan behaviorisme karena keduanya dianggap tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan seperti cinta, kreatifitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Menurut Humanisme manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri. Perdebadan mengenai siapa manusia itu dikalangan para ilmuan terus berlangsung dan tidak menemukan satu kesepakatan yang tuntas. Manusia tetap menjadi misteri yang paling besar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sampai sekarang. (3)

B.                 Pengertian Agama dan Unsur-unsur Pokok Agama

Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama muncul dalam kehidupan manusia manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Maka memang tidak mudah mendefinisikan agama. Termasuk mengelompokkan seseorang apakah ia terlibat dalam suatu agama atau tidak. Mungkin seseorang dianggap termasuk pengikut suatu agama tetapi ia mengingkari. Mungkin sebaliknya seseorang mengaku memeluk sebuah agama, padahal sesungguhnya sebagian besar pemeluk agama tersebut mengingkari. (3)

Oxford Student Dictionary (1978) mendefinisakan agama (religion) dengan “the belief in the existensi of supranatural  ruling power, the cretor and controller of the universe”, yaitu suatu kepercayaan akan keberadaan suatu kekuatan pengatur supranatural yang menciptakan dan mengendalikan alam semesta. Agama (religion) dalam pengertiannya yang paling umum diartikan sebagai system orientasi dan obyek pengabdian. Dalam pengertian ini semua orang adalah makhluk religius, karena tidak seorangpun dapat hidup tanpa suatu system yang mengaturnya dan tetap dalam kondisi sehat. Kebudayaan yang berkembang di tengah manusia adalah produk dari tingkah laku keberagaman manusia. (3)
Dalam bahasa Al-Qur`an “din” diartikan sebagai agama. Kata din  yang berasal dari akar bahasa Arab dyn  mempunyai banyak arti pokok, yaitu keberhutangan, kepatuhan, kekuasaan bijaksana, dan kecenderungan alami atau tendensi. Dalam keadaan seseorang mendapatkan dirinya berhutang kesimpulannya ialah bahwa orang itu menundukkan dirinya dalam arti menyerah dan patuh kepada hukum dan peraturan yang mengatur hutang. Demikian juga dalam artian yang terbatas kepada yang berpiutang. (3)

Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu:
1.      Keyakinan (credial),  yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam
2.      Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya
3.      System nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang kaitkan dengan keyakinannya tersebut.
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
1.      Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
2.      Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3.      Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agam.
4.      Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5.       Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

C.                Hubungan Manusia dengan Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. [1]

Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. [1]

Menurut agama Islam, manusia diciptakan di bumi untuk beribadah kepada Allah. Selain itu, manusia diciptakan di bumi sebagai khalifah atau pemimpin di bumi. Dengan perannya tersebut, manusia diharapkan untuk:
1.      Sadar sebagai mahluk individu yaitu mahluk hidup yang berfungsi sebagai mahluk yang paling utama di antara mahluk-mahluk lain. Sebagai mahluk utama di muka bumi, manusia diingatkan perannya sebagai khaifah dibumi dan mahluk yang diberi derajat lebih daripada mahluk lain yang ada di bumi. Sesuai dengan firman Allah: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam dan Kami angkat mereka itu melalui daratan dan lautan serta Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan mahluk yang kami ciptakan (Q.S. Al-Isra: 70)

2.      Sadar bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan sesamanya. Itulah sebabnya Islam mengajarkan perasamaan “Berpeganglah kamu semuanya dalam tali Allah dan janganlah kamu berpecah belah…” (Q.S. Ali Imran: 103) “Sesungguhnya semua orang mukmin adalah bersaudara.”(Q.S. Al Hujarat: 10)


3.      Sadar manusia adalah hamba Allah SWT. Manusia sebagai mahluk yang berketuhanan, memiliki sikap dan watak religius yang perlu dikembangkan. Manusia harus selalu beribadah keapada Allah karena merupakan tugasnya untuk beribadah kepada Allah sesauai dengan firman Allah: “(Yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Tuhanmu, tidak ada Tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu, Dia tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah Yang Maha Mengetahui.”(Q.S. Al An’aam: 102)

D.                Agama Sebagai Fitrah dan Pedoman Hidup Manusia

Keyakinan ditemukannya berbagai macam agama dalam  masyarakat sejak dahulu hingga kini membuktikan bahwa hidup dibawah system keyakinan adalah tabiat yang merata pada manusia.  Tabiat ini telah ada sejak manusia lahir sehingga taka da pertentangan sedikitpun dari seseorang yang tumbuh dewasa dalam sebuah system kehidupan. Agama-agama yang berbeda-beda tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tersebut. [3]

Dalam setiap diri manusia selalu ada pertanyaan yang selalu muncul dalam dirinya yaitu “dari mana saya datang?”, “apa yang terjadi ketika saya sudah mati?”. Pertanyaan-pertanyaan ini yang mengakibatkan manusia selalu mencari jawabannya. Mencari jawaban dan selalu ingin tahu merupakan fitrah manusia yaitu hal yang sudah ada dan berdasar di dalam hidup manusia.  Para ahli teologi Islam mengatakan bahwa fitrah adalah satu hal yang dibekalkan Allah kepada setiap manusia. Karenanya, ciri-ciri sesuatu yang bersifat fitri adalah tidak dipelajari, ada pada semua manusia, tidak terkurung oleh batas-batas teritorial dan masa, dan tidak akan pernah hilang. [3]

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan goib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan kepada kekuatan gaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang aman, selamat dan sejahtera. Tetapi “apa” dan “siapa” kekuatan gaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan memohon peeerlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka hanya merasakan adanya da kebutuhan akan bantuan dan perlindunganya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan desakan dari dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan. Dengan demikian rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia. [1]

Agama sebagai pedoman hidup manusia karena agama sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai petunjuk menjalani hidup didunia. Agama sebagai pondasi dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Manusia yang tidak memiliki agama bagaikan hidup tanpa arah dan tujuan. Maka dari itu kita sebagai manusia harus mempunyai keyakinan dan mempunya agama sebagai pedoman perjalan hidup kita yang akan membawa kita ke jalan yang terang.


BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan

            Manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia sebagai khalifah Allah), mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah. Rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia.


B.                 Saran

Demikian Penyusunan Makalah ini, agar kiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi diri penulis sendiri. Saran dan kritik dari pembaca akan selalu penulis terima untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA
Ø  Azra, Azyumardi dkk. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, 2002,
Ø  Hasan, Ali.1994/1995, Agama Islam, Jakarta Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Ø  Supadie Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Islam, 2011 , Jakarta, Rajawali Pers.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar