MAKALAH
HUBUNGAN MANUSIA DAN
AGAMA
Dosen
SITI
HALIMAH, M.Pd
Mata
Kuliah
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
Oleh:
1. SAIFI ATHOILLAH
2. MOCH. AFIFUDDIN JA`FAR
STKIP PGRI PASURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN
EKONOMI
PASURUAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji
bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Penghitungan Pendapatan Nasional”.
Dalam penyusunan makalah
ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Siti Halimah, M.Pd. selaku dosen pembimbing Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, serta rekan-rekan mahasiswa STKIP STIT PGRI PASURUAN
yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penyusun.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik
lagi. Akhir kata penyusun berharap kerangka acuan makalah ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penyusun pada
khusunya
Pasuruan,
Maret 2016
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C.
Tujuan Masalah ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A.
Pengertian Manusia dalam Al-Qur`an dan Humanisme ...................... 3
B. Pengertian Agama dan Unsur-unsur Pokok Agama ............................ 7
C. Hubungan Manusia dengan Agama ...................................................... 9
D.
Agama Sebagai Fitrah dan Pedoman Hidup Manusia..........................
11
BAB III PENUTUP........................................................................................ 13
A.
Kesimpulan ............................................................................................... 13
B.
Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Agama adalah fitrah “ketentuan
mutlak” bagi Manusia tanpa agama, manusia bukan berarti apa-apa, karena Agama
memang ditujukan bagi manusia.
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang
memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur
akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink,
naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, berkuasa dan rasa aman.
Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui
pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan
hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau
implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan
narkoba dan main judi).(1)
Agar
hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran
agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan
agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi
dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia
yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri
(self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.(2)
.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses
penyusunan makalah ini adalah “Hubungan Manusia dan Agama”. Untuk memberikan
kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini
masalahnya dibatasi pada :
1.
Apa Pengertian Manusia dalam Al-Qur`an dan Humanisme?
2.
Apa Pengertian Agama dan Unsur-unsur Pokok Agama?
3.
Bagaimana Hubungan Manusia dengan Agama?
4.
Bagaimanakah Agama Sebagai Fitrah dan Pedoman Hidup Manusia?
C.
Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi
dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah
ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama. Adapun
tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian manusia dalam Al-Qur`an dan
humanisme
2.
Untuk mengetahui pengertian agama dan unsur-unsur pokok
agama
3.
Untuk mengetahui hubungan manusia dengan agama
4.
Untuk mengetahui bahwa agama sebagai fitrah dan pedoman
hidup manusia
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Manusia dalam Al-Qur`an dan Humanisme
1.
Pengertian
Manusia dalam Al-Quran
Manusia
telah berupaya memahami dirinya selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang
pasti dan menyakinkan tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya
nalarnya yang subyektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari
pihak lain yang dapat memandang dirinya secara lebih utuh. Allah sang pencipta
telah menurunkan kitab suci Al-Qur`an yang diantara ayat-ayatNya adalah
gambaran-gambaran konkret tentang manusia. Penyebutan nama manusia dalam
Al-Qur`an tidak hanya satu macam. Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan
berbagai aspek kehidupan manusia, di antaranya :
a. Dari
aspek historis penciptaannya manusia disebut dengan Bani Adam :
“Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan. (Qs Al-A`roof : 31)” (3)
b. Dari
aspek biologis kemanusiaannya disebut dengan basyar yang mencerminkan,
sifat-sifat fisik, kimia, biologisnya :
“Dan
berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan
menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam
kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu,
dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. (Qs
Al-Mukminun Ayat 33)” (3)
c. Dari
aspek kecerdasannya disebut dengan insan yakni makhluk terbaik yang
diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan :
“Dia menciptakan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Qs Ar-Rohman Ayat 3-4)” (3)
d. Dari
aspek sosiologisnya disebut annas yang menunjukkan sifatnya yang
berkelompok sesama jenisnya :
“Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah Ayat 21)” (3)
e. Dari
aspek posisinya disebut abdun (hamba) yang menunjukkan kedudukannya
sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya:
“Maka
apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang
mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami
jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali
(kepada-Nya). (Qs Saba` Ayat 9)” (3)
2.
Pengertian
Manusia dalam Humanisme
Manusia
tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi-fungsi kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola
tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan
syaraf bawaan. (3)
Manusia menyadari bahwa dirinya sangat berbeda dari binatang
apapun. Tetapi memahami siapa sebenarnya manusia itu bukan persoalan yang
mudah. Ini terbukti dari pembahasan manusia tentang dirinya sendiri yang telah
berlangsung demikian lama. (3)
Para ahli pikir berbeda pendapat dalam mendefinisikan manusia.
Perbedaan tersebut sebenarnya disebabkan oleh kenyataan kekuatan dan peran
multidimensional yang dimainkan manusia. Sedangkan kecenderungan para ahli
pikir hanya meninjau dari sisi yang menjadi titik pusat perhatiannya dan
mengabaikan sisi yang lainya. (3)
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo
valens (manusia berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk
yang memiliki perilaku hasil interaksi antara komponen biologis, psikologis dan
sosial. Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional
dan moral. (3)
Para penganut teori behaviorisme menyebut nama manusia sebagai homo
mechanicus (manusia mesin). Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme
(aliran yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan
subyektif) dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah
sadar yang tidak tampak). Behavionarisme ingin menganalisis perilaku yang
tampak saja, yang diukur, dilukiskan dan diramalkan. Menurut aliran ini semua
tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap
lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya. (3)
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo
sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak lagi dipandang
sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai
makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu
berpikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung manganggap
pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal
berpikir, memutuskan, menyatakan, memahami dan sebagainya adalah fakta
kehidupan manusia. (3)
Para penganut teori humanisme menyebut manusia sebagai homo
ludens (manusia bermain). Aliran ini mengecam teori psikoanalisis dan behaviorisme
karena keduanya dianggap tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya
tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan
seperti cinta, kreatifitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Menurut
Humanisme manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan
diri. Perdebadan mengenai siapa manusia itu dikalangan para ilmuan terus
berlangsung dan tidak menemukan satu kesepakatan yang tuntas. Manusia tetap
menjadi misteri yang paling besar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
sampai sekarang. (3)
B.
Pengertian
Agama dan Unsur-unsur Pokok Agama
Agama
adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama muncul dalam
kehidupan manusia manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Maka memang
tidak mudah mendefinisikan agama. Termasuk mengelompokkan seseorang apakah ia
terlibat dalam suatu agama atau tidak. Mungkin seseorang dianggap termasuk
pengikut suatu agama tetapi ia mengingkari. Mungkin sebaliknya seseorang mengaku
memeluk sebuah agama, padahal sesungguhnya sebagian besar pemeluk agama
tersebut mengingkari. (3)
Oxford Student Dictionary (1978) mendefinisakan agama (religion) dengan “the belief
in the existensi of supranatural ruling
power, the cretor and controller of the universe”, yaitu suatu kepercayaan
akan keberadaan suatu kekuatan pengatur supranatural yang menciptakan dan
mengendalikan alam semesta. Agama (religion) dalam pengertiannya yang paling
umum diartikan sebagai system orientasi dan obyek pengabdian. Dalam pengertian
ini semua orang adalah makhluk religius, karena tidak seorangpun dapat hidup
tanpa suatu system yang mengaturnya dan tetap dalam kondisi sehat. Kebudayaan
yang berkembang di tengah manusia adalah produk dari tingkah laku keberagaman
manusia. (3)
Dalam bahasa Al-Qur`an “din” diartikan sebagai agama. Kata din yang berasal dari akar
bahasa Arab dyn mempunyai banyak arti pokok, yaitu
keberhutangan, kepatuhan, kekuasaan bijaksana, dan kecenderungan alami atau
tendensi. Dalam keadaan seseorang mendapatkan dirinya berhutang kesimpulannya
ialah bahwa orang itu menundukkan dirinya dalam arti menyerah dan patuh kepada
hukum dan peraturan yang mengatur hutang. Demikian juga dalam artian yang
terbatas kepada yang berpiutang. (3)
Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan
pokok, yaitu:
1. Keyakinan
(credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam
2. Peribadatan
(ritual), yaitu tingkah laku manusia
dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi
atau pengakuan dan ketundukannya
3. System
nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta
yang kaitkan dengan keyakinannya tersebut.
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari
beberapa unsur pokok:
1. Kepercayaan
agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
2.
Simbol agama, yakni identitas agama
yang dianut umatnya.
3.
Praktik keagamaan, yakni hubungan
vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan
antarumat beragama sesuai dengan ajaran agam.
4.
Pengalaman keagamaan, yakni berbagai
bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5.
Umat beragama, yakni penganut masing-masing
agama
C.
Hubungan
Manusia dengan Agama
Agama menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. [1]
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. [1]
Menurut agama Islam, manusia diciptakan di bumi untuk beribadah kepada
Allah. Selain itu, manusia diciptakan di bumi sebagai khalifah atau pemimpin di
bumi. Dengan perannya tersebut, manusia diharapkan untuk:
1.
Sadar sebagai mahluk individu yaitu
mahluk hidup yang berfungsi sebagai mahluk yang paling utama di antara
mahluk-mahluk lain. Sebagai mahluk utama di muka bumi, manusia diingatkan
perannya sebagai khaifah dibumi dan mahluk yang diberi derajat lebih daripada
mahluk lain yang ada di bumi. Sesuai dengan firman Allah: “Dan sesungguhnya
telah kami muliakan anak-anak Adam dan Kami angkat mereka itu melalui daratan
dan lautan serta Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka atas kebanyakan mahluk yang kami ciptakan (Q.S. Al-Isra: 70)
2.
Sadar bahwa manusia adalah mahluk
sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia harus mengadakan interelasi dan
interaksi dengan sesamanya. Itulah sebabnya Islam mengajarkan perasamaan “Berpeganglah
kamu semuanya dalam tali Allah dan janganlah kamu berpecah belah…” (Q.S. Ali
Imran: 103) “Sesungguhnya semua orang mukmin adalah bersaudara.”(Q.S. Al
Hujarat: 10)
3.
Sadar manusia adalah hamba Allah
SWT. Manusia sebagai mahluk yang berketuhanan, memiliki sikap dan watak
religius yang perlu dikembangkan. Manusia harus selalu beribadah keapada Allah
karena merupakan tugasnya untuk beribadah kepada Allah sesauai dengan firman
Allah: “(Yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Tuhanmu, tidak ada
Tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah
pemelihara segala sesuatu, Dia tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan
mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah Yang Maha
Mengetahui.”(Q.S. Al An’aam: 102)
D.
Agama
Sebagai Fitrah dan Pedoman Hidup Manusia
Keyakinan ditemukannya berbagai macam agama
dalam masyarakat sejak dahulu hingga
kini membuktikan bahwa hidup dibawah system keyakinan adalah tabiat yang merata
pada manusia. Tabiat ini telah ada sejak
manusia lahir sehingga taka da pertentangan sedikitpun dari seseorang yang
tumbuh dewasa dalam sebuah system kehidupan. Agama-agama yang berbeda-beda
tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tersebut. [3]
Dalam setiap diri manusia selalu
ada pertanyaan yang selalu muncul dalam dirinya yaitu “dari mana saya datang?”,
“apa yang terjadi ketika saya sudah mati?”. Pertanyaan-pertanyaan ini yang
mengakibatkan manusia selalu mencari jawabannya. Mencari jawaban dan selalu
ingin tahu merupakan fitrah manusia yaitu hal yang sudah ada dan berdasar di
dalam hidup manusia. Para
ahli teologi Islam mengatakan bahwa fitrah adalah satu hal yang dibekalkan
Allah kepada setiap manusia. Karenanya, ciri-ciri sesuatu yang bersifat fitri
adalah tidak dipelajari, ada pada semua manusia, tidak terkurung oleh
batas-batas teritorial dan masa, dan tidak akan pernah hilang. [3]
Agama dan kehidupan
beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan dan sistem budaya
umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan kehidupan beragama
tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk
dari semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan
berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan goib yang
mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi
untuk memohon bantuan dan pertolongan kepada kekuatan gaib tersebut, agar
mendapatkan kehidupan yang aman, selamat dan sejahtera. Tetapi “apa” dan
“siapa” kekuatan gaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan tersebut,
dan bagaimana cara berkomunikasi dan memohon peeerlindungan dan bantuan
tersebut, mereka tidak tahu. Mereka hanya merasakan adanya da kebutuhan akan
bantuan dan perlindunganya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan desakan dari
dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan. Dengan demikian
rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan
pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah”
manusia. [1]
Agama sebagai
pedoman hidup manusia karena agama sangat penting bagi kehidupan manusia
sebagai petunjuk menjalani hidup didunia. Agama sebagai pondasi dalam
menghadapi lika-liku kehidupan. Manusia yang tidak memiliki agama bagaikan
hidup tanpa arah dan tujuan. Maka dari itu kita sebagai manusia harus mempunyai
keyakinan dan mempunya agama sebagai pedoman perjalan hidup kita yang akan
membawa kita ke jalan yang terang.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi
dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba
Allah dan fungsinya didunia sebagai khalifah
Allah), mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan
kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh
kepada sunnatullah. Rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan
beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain
merupakan “fitrah” manusia.
B.
Saran
Demikian
Penyusunan Makalah ini, agar kiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi diri penulis sendiri. Saran dan kritik dari pembaca akan selalu
penulis terima untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Azra,
Azyumardi dkk. Buku Teks Pendidikan Agama
Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, 2002,
Ø Hasan,
Ali.1994/1995, Agama Islam, Jakarta Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Ø Supadie Didiek
Ahmad,dkk. Pengantar Studi Islam,
2011 , Jakarta, Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar