Selasa, 03 September 2024

ARTIKEL KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

 


KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

SMA AL-YASINI KRATON

 

Saifi Athoillah, Etta Mamang Sangadji, Nunuk Indarti
Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Pasuruan
saifiathoillah.sa@gmail.com

 

Abstrak: Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa, untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dan untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun simultan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini termasuk pada penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan deskriptif dan hubungan kausalitas. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Yasini Kraton Jl. Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini Ngabar Kraton Pasuruan. Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih satu bulan, yaitu bulan Mei 2019 dengan cara menggunakan metode dokumentasi dan kuesioner kepada siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton. Diketahui tingkat kecerdasan emosional adalah tinggi, tingkat kecerdasan spiritual siswa adalah sangat tinggi, sedangkan tingkat prestasi belajar siswa adalah baik. Diketahui terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional secara parsial dengan prestasi belajar siswa, terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan spiritual secara parsial dengan prestasi belajar. Diketahui terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan dengan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun simultan.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiriual, Prestasi Belajar

Pendahuluan: Prestasi belajar merupakan hasil pengukuran terhadap peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dalam periode tertentu yang dapat diukur menggunakan instrumen yang relevan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, ada yang dari dalam diri (internal) dan ada yang dari luar diri (eksternal).

Pendidikan merupakan salah satu komponen utama dalam hidup ini dan tidak bisa dilepaskan dari aktifitas sosial manusia. Mengapa demikian? Karena pendidikan adalah salah satu faktor yang paling utama dalam menjembadani manusia untuk meraih suatu pengetahuan dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang belum tahu menjadi lebih tahu dan mengerti. Oleh karena itu, keberadaan sekolah, madrasah, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya, baik formal maupun informal sangatlah penting dan menjadi faktor yang paling dominan sekaligus mendukung demi terciptanya suatu kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan tidak hanya menjadikan manusia itu pandai secara intelektual (IQ) saja melainkan juga pandai dalam mengaplikasikan dan menerapkan pengetahuannya secara benar dan tepat guna, sekaligus menjadikan kepribadiannya lebih stabil, kondisional dalam berinteraksi terhadap masyarakat luas dan matang secara emosional (EQ) dan spiritualnya (SQ). Goleman (2005:512) mengemukakan bahwa kecerdasan emosi atau emotional intelligence merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan diri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan Emosioanal (berpikir asosiatif) adalah jenis kecerdasan yang dapat berinteraksi dengan pengalaman dan dapat terus berkembang melalui pengalaman atau eksperimen. EQ dapat mempelajari cara-cara baru melalui pengalaman yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dan juga merupakan jenis pemikiran yang dapat mengenali nuansa dan ambiguitas. Kelemahan kecerdasan emosional adalah lambat dalam belajar, tidak akurat, dan cenderung terikat kebiasaan atau pengalaman.

Dengan demikian dalam berinteraksi dengan orang lain perlu adanya pengenalan diri, mengenali perasaan sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi dan mengelola emosi secara matang. Sedangkan kemampuan lain seperti kecerdasan spiritual dan intelektual juga dibutuhkan oleh seseorang untuk menjamin kehidupannya, seperti yang dikatakan oleh bapak Ary Ginanjar (Penggagas ESQ Model ) bahwa untuk menjadi manusia paripurna dibutuhkan 3 kecerdasan yaitu emosioanl (EQ), intelektual (IQ), dan spiritual (SQ) yang terintegrasi secara konsisten dan komprehensif. Ary Ginanjar (2001) menjelaskan kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi dan menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan. Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (dalam buku ary Ginanjar) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Menurut Stephen R. Covey, IQ adalah kecerdasan manusia yang berhubungan dengan mentalitas, yaitu kecerdasan untuk menganalisis, berfikir, menentukan kualitas, berfikir abstrak, bahasa, visualisasi, dan memahami sesuatu. IQ adalah alat kita untuk melakukan sesuatu letaknya di otak bagian korteks manusia. Kemampuan ini pada awalnya dipandang sebagai penentu keberhasilan seseorang. Namun pada perkembangan terakhir IQ tidak lagi digunakan sebagai acuan paling mendasar dalam menentukan keberhasilan manusia. Karena membuat sempit paradigma tentang keberhasilan, dan juga pemusatan pada konsep ini sebagai satu satunya penentu keberhasilan individu dirasa kurang memuaskan karena banyak kegagalan yang dialami oleh individu yang ber IQ tinggi.

Ketidakpuasan terhadap konsepsi IQ sebagai konsep dari kecerdasan seseorang telah melahirkan konsepsi yang memerlukan riset yang panjang serta mendalam. Daniel Goleman mengeluarkan konsepsi EQ sebagai jawaban atas ketidakpuasan manusia jika dirinya hanya dipandang dalam struktur mentalitas saja. Konsep EQ memberikan ruang terhadap dimensi lain dalam diri manusia yang unik yaitu emosional. Disamping itu, Daniel Goleman mempopulerkan pendapat para pakar teori kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang berinteraksi secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ dalam menentukan efektivitas penggunaan kecerdasan yang konvensional tersebut.

Komponen utama dari kecerdasan sosial ini adalah kesadaran diri, motivasi pribadi, pengaturan diri, empati, dan keahlian sosial. EQ lebih mengarah kepada rasa, jika kita tidak mampu mengelola aspek rasa kita dengan baik, maka kita tidak akan mampu menggunakan aspek kecerdasan konvensional kita (IQ) secara efektif, karena IQ menentukan sukses hanya 20% dan 80% kecerdasan lainnya termasuk EQ.

Kecerdasan spiritual mampu mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi, mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang (EQ) akan memberikan sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah teratur maka individu akan dapat berfikir secara optimal (IQ), sehingga ia lebih tepat dalam mengambil keputusan. Manajemen diri untuk mengolah hati dan potensi kemanusiaan tidak cukup hanya dengan IQ dan EQ, melainkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat berperan dalam diri manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain. Kini tidak cukup orang dapat sukses berkarya hanya dengan kecerdasan kecerdasan rasional (yang bekerja dengan rumus dan logika kerja), melainkan orang perlu kecerdasan emosional agar merasa gembira, dapat bekerjasama dengan orang lain, punya motivasi kerja, bertanggung jawab dan life skill lainnya. Hakikat mengembangkan kecerdasan spiritual agar ia merasa bermakna, berbakti dan mengabdi secara tulus, luhur dan tanpa pamrih yang menjajahnya. Karena itu sesuai dengan pendapat Covey diatas bahwa “SQ merupakan kunci utama kesadaran dan dapat membimbing kecerdasan lainnya”.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa disamping memperhatikan faktor EQ dalam pembelajaran di sekolah yang terkait dengan kemampuan siswa, kita juga harus mengoptimalkan kecerdasan siswa yang lain yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spritiual. Sejalan dengan pendapat Yusuf (2001:54) bahwa “sekolah merupakan lembaga pendidika formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mngembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial”. Menurut Nggermanto (2002:98) kecerdasan emosi seseorang dapat dikembangkan lebih baik, lebih menantang, dan lebih prospek dibanding IQ. Kecerdasan emosi dapat diterapkan secara luas untuk bekerja, belajar, mengajar, mengasuh anak, persahabatan, dan rumah tangga. Lebih jauh lagi pengembangan kecerdasan emosional membuka pintu bagi kemajuan kecakapan manusia yang lebih substansional yaitu kecerdasan spiritual.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan. SMA Al-Yasini Kraton merupakan sekolah formal yang berada di lingkungan pondok pesantren Al-Yasini. Dalam pembelajarannya tidak hanya materi pembelajaran yang diajarkan tetapi juga kecakapan emosional dan spiritual karena semua siswanya mukim di pondok. Siswa SMA memiliki spiritual yang tinggi karena di pondok diajarkan bagaimana menjadi seorang muslim yang taat dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu kegiatan di pondok sangat padat karena mulai jam 03.00 subuh WIB baru bangun untuk mujahadah, beberapa kegiatan dan selesai sampai jam 22.30 WIB jam tidur. Semua kegiatan berhubungan dengan keagamaan dan sekolah formal. Siswa dididik untuk tepat waktu dalam melaksanakan semua kegiatan tersebut. Maka dari itu siswa memiliki kesabaran, kedisiplinan yang tinggi, dan ketaqwaan yang tinggi pula. Sebelum memulai pembelajaran siswa selalu berdoa dan sesudah melakukan kegiatan, selalu menunjukkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, toleransi dan percaya diri yang menigkat.

Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti ingin mengadakan penelitian yang berjudul “Kontribusi Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton”. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Yasini Kraton karena belum ada penelitian yang mengukur tingkat EQ dan SQ siswa sekolah tersebut. Selain itu Guru mata pelajaran Ekonomi Kelas X dan XI disamping mengajar, di dalam proses kegiatan belajar-mengajar di kelas juga menanamkan keterampilan emosional dan pembelajaran yang bermakna sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa di Kelas X dan XI IPS, mereka berpendapat mereka senang dengan cara mengajar guru mereka yang tidak hanya menyampaikan materi tetapi juga mengajarkan kecakapan lain seperti kecerdasan emosional yang juga berkaitan dengan mata pelajaran ekonomi.

Manfaat Penelitian: Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut : Manfaat Teoritis: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan sebagai  bahan kajian mengenai penjabaran kontribusi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa. Diharapakan dapat dikembangkan pada solusi pemecahan masalah lain yang terkait sehingga nantinya dapat mencapai suatu hasil yang maksimal bagi pengembangan prestasi siswa, penelitian ini bisa menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau objek lainnya, yang masih berkaitan dengan kontribusi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini. Manfaat Praktis: Manfaat Bagi Mahasiswa, Manfaat bagi mahasiswa diharapkan berguna untuk meningkatkan hasil dari belajar serta solidaritas antar mahasiswa untuk mengembangkan wawasan dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis. Manfaat bagi guru SMA Al-Yasini Kraton penelitian ini bermanfaat sebagai masukan supaya dapat membantu siswa untuk mengoptimalkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki siswa serta dapat menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengasah potensi siswa secara efektif. Maanfat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan memperdalam bidang pendidikan yang berkaitan dengan psikologi siswa yang juga berpengaruh pada proses pembelajaran. Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan bahan acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan kontribusi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa.

Tujuan Penelitian: Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton. Untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun simultan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton.

Hipotesis Penelitian: Sugiono (2013:96), menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka berfikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha1 : ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton. Ha2 : ada pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton. Ha3 : ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun simultan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton.

Asumsi Penelitian: Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Siswa SMA Al-Yasini Kraton memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi dikarenakan lingkup dari siswa adalah dilingkungan pondok pesantren. Pada penelitian ini peneliti menganggap siswa laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang sama.

Pengertian Kecerdasan Emosional: Istilah kecerdasan emosional muncul secara luas pada pertengahan tahun 1990-an. Sebelumnya Gardner (Goleman, 2009:51-53) mengemukakan 8 kecerdasan pada manusia (kecerdasan majemuk). Menurut Goleman (2009:50) menyatakan bahwa kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Gardner adalah manisfestasi dari penolakan akan pandangan intelektual quotient (IQ). Salovey (Goleman, 2009:57), menempatkan kecerdasan pribadi dari Gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan antara pribadi dan kecerdasan intrapribadi.

Sejalan dengan itu, Robert dan Cooper (Ary Ginanjar Agustian, 2001:44) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, emosi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Individu yang mampu memahami emosi individu lain, dapat bersikap dan mengambil keputusan dengan tepat tanpa menimbulkan dampak yang merugikan kedua belah pihak. Emosi dapat timbul setiap kali individu mendapatkan rangsangan yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa dan menimbulkan gejolak dari dalam. Emosi yang dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan dalam berbagai bidang karena pada waktu emosi muncul, individu memiliki energi lebih dan mampu mempengaruhi individu lain. Segala sesuatu yang dihasilkan emosi tersebut bila dimanfaatkan dengan benar dapat diterapkan sebagai sumber energi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas,mempengaruhi orang lain dan menciptakan hal-hal baru.

Komponen-komponen Kecerdasan Emosional: Sampai sekarang belum ada alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa ciri-ciri yang mengindikasi seseorang memiliki kecerdasan emosional. Goleman (2009:45) menyatakan bahwa secara umum ciri-ciri seseorang memiliki kecerdasan emosi adalah mampu memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir serta berempati dan berdoa. Lebih lanjut Goleman (2009:58) merinci lagi aspek-aspek kecerdasan emosi secara khusus sebagai berikut:

Mengenali emosi diri, yaitu kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu, mencermati perasaan yang muncul. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi. Kemampuan mengenali diri sendiri meliputi kesadaran diri. Mengelola emosi, yaitu kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibatakibat yang timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar. Orang yang buruk kemampuan dalam ketrampilan ini akan terus menerus bernaung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar akan dapat bangkit kembali jauh lebih cepat. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan penguasaan diri dan kemampuan menenangkan kembali. Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sangat penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang dikerjakannya. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan emosi, yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan ini meliputi: pengendalian dorongan hati, kekuatan berfikir positif dan optimis. Mengenali Emosi Orang Lain, kemampuan ini disebut empati, yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, kemampuan ini merupakan keterampilan dasar dalam bersosial. Orang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang atau dikehendaki orang lain. Membina Hubungan, Seni membina hubungan sosial merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain, meliputi ketrampilan sosial yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antar pribadi. Menurut Goleman (dalam Uno, 2006:89-90) Orang yang memiliki kecakapan dorongan untuk berprestasi mempunyai ciri-ciri berikut, berorientasi pada hasil dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan. Empati merupakan suatu kemampuan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mercka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Empati meliputi memahami orang lain, orientasi pelayanan, pengembangan orang lain, mengatasi keragaman. Goleman menjelaskan secara rinci sebagai berikut. Menurutnya orang yang memiliki kecakapan dalam memahami orang lain adalah mereka yang memiliki keterampilan memperhatikan isyarat-syarat emosi dan mendengarkannya dengan baik, menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain.

Keuntungan Kecerdasan Emosional: Menurut Suharsono 2002109 ada banyak keuntungan bila seseorang memiliki kecerdasan emosional yang memadai diantaranya yaitu: Kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat untuk pengendalian diri sehingga seseorang tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan bodoh yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosional bisa diimplementasikan sebagai cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membesarkan ide, konsep atau bahkan sebuah produk dengan pemahaman diri kecerdasan emosional juga menjadi cara terbaik dalam membangun lobby, jaringan, dan kerja sama. Kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan dalam bidang apapun juga. Meskipun kecerdasan emosional tidak secara langsung meningkatkan IQ tetapi peranan yang dimainkan dalam kehidupan sangat jelas, terutama ketika anak-anak mulai dewasa. Dapat diibaratkan IQ yang tinggi adalah suatu senjata tajam, ia akan menjadi efektif apabila digunakan oleh orang yang tepat dan tidak disalahgunakan.

Pengertian Kecerdasan Spiritual: Kecerdasan individu tidak hanya dilihat dari kecerdasan intelektualnya saja akan tetapi juga dari kecerdasan emosinya dan kecerdasan spiritualnya. Setelah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi maka ditemukan kecerdasan yang ketiga yaitu kecerdasan spiritual yang diyakini sebagai kecerdasan yang mampu memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi secara efektif dan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi (Zohar dan Marshall, dalam Sukidi 2004:36). Zohar dan Marshal (2007:4) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Ary Ginanjar Agustian (2001:57)  menekankan bahwa kecerdasan spiritual adalah perilaku atau kegiatan yang kita lakukan merupakan ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian, kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar Agustian, haruslah disandarkan kepada Tuhan dalam segala aktivitas kehidupan untuk mendapatkan suasana ibadah dalam aktivitas manusia. Inilah yang membedakan pengertian Ary Ginanjar Agustian dengan Danah dan Ian yakni adanya unsur ibadah dan penyandaran hanya kepada Allah dalam kehidupan manusia.

Komponen Kecerdasan Spiritual: Menurut psikolog University of California, Davis Robert Emmons sebagaimana menurut David G. Myers (2003) dalam Efendi (2005:244-245) komponen-komponen kecerdasan spiritual sebagai berikut: Kemampuan untuk mentrandensikan yang fisik dan material, orang-orang yang sangat spiritual menyerap sebuah realitas yang melampaui materi dan fisik. Senantiasa menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap gerak tubuhnya, bahkan dalam setiap tarikan napasnya. Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari, Orang-orang yang cerdas secara spiritual memiliki kemampuan untuk memberi makna sakral atau illah pada berbagai aktivitas, peristiwa, dan hubungan sehari-hari. Kesadaran ini sangat membantu seseorang untuk mengangkat aktivitasnya ke dataran yang lebih bermakna. Kemampuan untuk mengalami kondisi-kondisi kesadaran yang memuncak, orang-orang yang cerdas secara spiritual mengalami ekstase spiritual. Mereka sangat perseptif terhadap pengalaman mistis. Kemampuan untuk menggunakan potensi-potensi spiritual untuk memecahkan berbagai masalah transformasi spiritual sering kali mengarahkan orang-orang untuk memprioritaskan ulang berbagai tujuan. Orang-orang yang memiliki kualitas spiritual yang tinggi tidak hanya mengandalkan rasio dan emosi saja saat menghadapi persoalan hidup la akan merujuk kepada hal-hal yang bersifat spiritual seperti kitab suci, nasihat yang baik. Kemampuan untuk terlihat dalam berbagai kebajikan, orang-orang yang cerdas spiritual memilih kemampuan lebih untuk menunjukkan pengampunan, mengungkapkan rasa terima kasih, merasakan kerendahan hati, dan menunjukkan rasa kasih. Dalam lingkup pendidikan kualitas kecerdasan spiritual harus diinternalisasikan baik bagi pendidik maupun peserta didik melalui penanaman nilai-nilai spiritualitas dengan cara keteladanan. Nilai-nilai tersebut adalah kejujuran, keadilan, kebersamaan, kesetiakawanan sosial. Semakin baik dalam kejujuran dan keteladanan moral maka kualitas kecerdasan spiritual akan semakin baik secara kualitatif (Sukidi, 2004: 88-89).

Pentingnya Kecerdasan Spiritual: Sukidi (2002:68) mengungkapkan ada lima hal yang menunjukkan keunggulan SQ, dibandingkan dengan dimensi kecerdasan yang lainnya, yaitu: Mampu mengungkapkan aspek yang bersifat asasi dan yang fitrah pada struktur kecerdasan manusia, sehingga SQ merupakan pondasi yang diperlukan untuk mengefektifkan fungsi kecerdasan intelektual dan emosional. Dengan kecerdasan spiritual lengkaplah aspek kecerdasan manusia, karena IQ pada dasarnya hanya terkait dengan pikiran sementara sedangkan kecerdasan emosional lebih dekat dengan tubuh, dengan kecerdasan spiritual kawasan jiwa atau spirit diakses untuk mengembangkan kemampuan manusia. Dengan SQ dapat dicapai kesehatan jiwa dan dibangkitkan spirit hidup manusia. Bila SQ tercapai, manusia dalam peran hidupnya secara sosial perlu menumbuhkan kedamaian spiritual. Setelah kedamaian tercapai, tahap berikutnya manusia perlu menumbuhkan kebahagiaan spiritual sebagai kebutuhan asasi manusia, kebahagiaan yang dimaksud hanya dapat dicapai melalui peningkatan kecerdasan spiritual.

Pengertian Prestasi Belajar Menurut Sumadi Suryabrata (2006: 25), menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu latihan,  pengalaman yang harus didukung oleh kesadaran”. Hal senada dikemukakan Winkel (2004: 15) bahwa prestasi belajar adalah  “Hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar yang berlangsung dalam interaksi subjek dengan lingkungannya yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan”. Menurut Muhibbin Syah (2010: 144-145), “Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Jadi prestasi belajar merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari melakukan usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya. Dari pendapat di atas, pengertian tersebut menunjukkan bahwa Prestasi Belajar Ekonomi merupakan suatu kemampuan siswa dalam menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan baik mempelajari, memahami dan mampu mengerjakan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari materi pelajaran ekonomi di sekolah. Nilai merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar: Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai  faktor baik berasal dari dirinya (intern) maupun dari luar dirinya (ekstern). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi yang seoptimal mungkin dengan kemampuan masing-masing. Menurut Slameto (2010: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut: Faktor Intern: Faktor jasmaniah (fisiologi), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini adalah kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. Faktor kelelahan, baik jasmani maupun rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan  kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Faktor Ekstern: Faktor keluarga, diantaranya adalah: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah, diantaranya adalah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah. Standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Faktor masyarakat, terdiri atas: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Pengaruh Kecerdasan Emosioanal Terhadap Prestasi Belajar Siswa: Paparan tentang hubungan kecerdasan emosional ini disampaikan oleh Goleman (2005:137). Sesuai dengan penemuan tentang unsur lain kecerdasan emosional, hanya ada hubungan yang tak seberapa antara skor pengukuran ketajaman empatik ini dan skor SAT atau IQ ataupun tes prestasi akademik. Menurut Elias, dkk (2003:48)"kemarahan, frustasi, kecemasan, kesedihan dan emosi-emosi kuat sejenisnya mengganggu pembelajaran remaja (sebetulnya mengganggu pembelajaran siapa saja). Misalnya ketika anak-anak mendengar kata-kata menyakitkan dari orang tua, mereka sulit berfokus pada tanggung jawab mereka baik di sekolah, di rumah, ataupun di tempat kerja. Masih menurut Elias dkk (2003:49) keterampilan-keterampilan seperti mengendalikan perilaku impulsif, berhubungan positif dengan orang lain secara perseorangan dan kelompok, dan mengembangkan empati dan kemampuan memahami perspektif orang lain merupakan keterampilan yang penting untuk meningkatkan prestasi sekolah, karier dan kehidupan. Menurut parah ahli psikologi, kecerdasan emosional (EQ) berpengaruh sebesar 80 % terhadap keberhasilan seseorang dalam hidupnya, sedangkan faktor IQ berpengaruh sebesar 20 % saja.

Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Siswa: Banyak bukti ilmiah mengenai SQ. Penelitian oleh neuropsikolog Michael Persinger tahun 1990-an dan penelitian terbaru tahun 1997 oleh neurolog V. S Ramachandran bersama timnya di Universitas California mengenai adanya titik Tuhan" (God Spot dalam otak manusia. Pusat spiritual tersebut berada di antara hubungan-hubungan saraf dalam cuping-cuping temporal otak. Para ilmuwan telah melakukan penelitian yang mengungkapkan adanya fondasi saraf bagi SQ di dalam otak. Menurut Zohar dan lan M (2000:53) otak SQ cara kerjanya bersifat unitif yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh konteks yang mengaitkan antar unsur yang terlibat. Kemampuan untuk menangkap suatu situasi dan melakukan reaksi terhadapnya, menciptakan pola dan aturan baru. Kemampuan ini merupakan ciri utama kesadaran yaitu kemampuan untuk mengalami dan menggunakan pengalaman tentang makna dan nilai yang lebih tinggi. Kecerdasan spiritual merupakan landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ Kecerdasan spiritual berkaitan dengan makna hidup, nilai dan keutuhan diri. Seorang siswa harus mengoptimalkan kecerdasan spiritualnya agar dapat mengetahui makna dan tujuan belajar, berkarya bahkan saat menghadapi masalah atau penderitaan Bagaimana individu/siswa dalam memaknai dan menilai bahwa belajar bukan merupakan kewajiban tetapi sebuah kebutuhan setiap siswa. Karena dalam proses belajar tidak sekadar tahu tapi perlu memahami secara mendalam apa yang diketahuinya itu. Dan kita juga tidak bisa bekerja dengan baik ketika sedang marah atau sedang merasa kesal, apalagi berharap akan muncul suatu kreativitas di tengah situasi seperti itu (Ginanjar, 2003:29). Apabila emosi bereaksi dengan tidak terkendali, maka potensi utama kita yaitu suara hati ilahiah pada God Spot tertutup oleh kemarahan, kekacauan kesedihan dan sebagainya. Melalui proses spiritualisme tauhid ini, maka cahaya ilahi yang bersemayam pada hati (kalbu) akan tetap bersinar, menuntun dan menerangi segala aktivitas (Ginanjar, 2003:292).

Pengaruh Kecerdasan Emosioanal Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Siswa: Salah satu komponen kecerdasan emosional adalah kemampuan memotivasi diri. Bila dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dari faktor internal ada aspek psikologi pada variabel non kognitif yaitu motivasi. Dengan adanya motivasi maka ada dorongan untuk meraih prestasi. Motivasi positif (perasaan antusiasme, gairah, dan keyakinan diri) berperan dalam mencapai prestasi. Studi-studi terhadap para atlet olimpiade, musikus kelas dunia dan para grand master catur menunjukkan adanya ciri yang serupa pada mereka yaitu kemampuan memotivasi diri untuk tak henti-hentinya berlatih secara rutin. Ketekunan itu, terutama bergantung pada sifat emosional, antusiasme serta kegigihan menghadapi tantangan Begitu pula keadaan emosi yang negative misalnya rasa emosi. Dari hasil penelitian terhadap lebih dari 36,000 orang menemukan bahwa semakin mudah cemas seseorang, semakin buruklah kinerja akademis mereka baik itu jenisnya nilai tes harian, IPK, atau tes prestasi akademik (Goleman, 2005:110-111). Elias dkk (2003:49) keterampilan-keterampilan seperti mengendalikan perilaku impulsif, berhubungan positif dengan orang lain secara perseorangan dan kelompok, dan mengembangkan empati dan kemampuan memahami perspektif orang lain merupakan keterampilan yang penting untuk meningkatkan prestasi sekolah, karier dan kehidupan. Seorang siswa harus mengoptimalkan kecerdasan spiritualnya agar dapat mengetahui makna dan tujuan belajar, berkarya bahkan saat menghadapi masalah atau penderitaan Bagaimana individu/siswa dalam memaknai dan menilai bahwa belajar bukan merupakan kewajiban tetapi sebuah kebutuhan setiap siswa. Karena dalam proses belajar tidak sekedar tahu tapi perlu memahami secara mendalam apa yang diketahuinya itu. Dari berbagai pengertian diatas peneliti memberikan gambaran mengenai kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yaitu adanya pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa.

METODE: Menggunakan dokumentasi dan kuesioner. Rancangan Penelitian: Penelitian ini termasuk pada penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan deskriptif dan hubungan kausalitas. Instrumen Penelitian: Menurut Syofian (2013:75), instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterprestasikan informasi yang diolah dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama. Alat pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah kuisioner yang berisi pernyataan. Kuisioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner dengan pernyataan yang tertutup yaitu menyediakan pilihan jawaban sehingga responden tinggal memilih pilihan jawaban yang telah disediakan. Subjek Penelitian: Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton. Teknik Pengumpulan Data: Kuesioner: Untuk pemberian kuesioner pada responden, peneliti menyebarkan langsung kuesioner ada siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton. Data yang diperoleh melalui  kuesioner ini adalah data kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa. Dokumentasi: Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari Tata Usaha berupa Struktur organisasi, visi, misi, profil, dan daftar siswa sekolah bersangkutan. Selain dari Tata Usaha, data sekunder juga diperoleh dari guru mata pelajaran ekonomi yang dilakukan untuk mengumpulkan data nilai ulangan harian siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton. Analisis Data Analisi data adalah pengolahan data yang diperolehdengan menggunakan rumus-rumus atau dengan aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian. Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan kesimpulan. Adapun metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda dengan bantuan aplikasi SPSS 25. Analisis Statistik Deskriptif. Analisis Regresi Linier Berganda.

Pembahasan: Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa Kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton: Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 2003:512). Goleman (2003;513) menyebutkan tentang lima dasar kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan social. Jika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang memadai maka ia akan bisa membedakan situasi-situasi emosi yang seharusnya muncul, akan memiliki kepekaan, kenal emosi sendiri dan emosi orang lain serta bisa mengendalikan emosinya. Schingga akan bisa berempati kepada orang lain dan bisa berhubungan dengan baik dengan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan emosional siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton berada pada tingkat yang sangat tinggi. Kesimpulan ini didukung oleh 2 siswa (2%) memiliki tingkat kecerdasan emosional  tergolong sangat rendah, 6 siswa (6%) tergolong rendah, 25 siswa (25%) tergolong sedang, 29 siswa (29%) tergolong tinggi dan 38 siswa (38%) tergolong sangat tinggi sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton Tahun Pelajaran 2018/2019 mempunyai tingkat kecerdasan emosional (EQ) yang sangat tinggi. Hal ini juga terbukti seperti yang dipaparkan di latar belakang penelitian ini bahwa siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton berpendapat mereka senang dengan cara mengajar guru mereka yang tidak hanya menyampaikan materi tetapi juga mengajarkan kecakapan lain seperti kecerdasan emosional yang juga berkaitan dengan mata pelajaran ekonomi. Hal ini seperti diungkapkan Pasiak (2006:84-85) bahwa kunci pengajaran dengan kecerdasan emosional adalah dengan menciptakan perasaan yang menyenangkan, mengkomunikasikan pesan pengajaran dengan menarik sehingga siswa belajar karena ingin dan tertarik bukan karena terpaksa.

Tingkat Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton: Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk memberi makna (hakikat) setap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersumber dan hati nurani yang berprinsip kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. SQ merupakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya Menurut Zohar dan lan Marsall (2007;4), SQ menjadi landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ. Dengan SQ maka seseorang akan menjadi makhluk yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual. Pendapat tersebut juga sejalan dengan Sukidi (2006:68) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual bersifat Asasi dan yang fitrah pada struktur kecerdasan manusia, sehingga SQ merupakan fondasi yang diperlukan untuk mengefektifkan fungsi kecerdasan intelektual dan emosional. Kecerdasan spiritual mengarahkan hidup kita untuk selalu berhubungan dengan kebermaknaan hidup agar hidup kita menjadi lebih bermakna. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kecerdasan spiritual siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton adalah tinggi. Kesimpulan ini didukung oleh 1 siswa (1%) memiliki tingkat kecerdasan spiritual  tergolong sangat rendah, 3 siswa (3%) tergolong rendah, 11 siswa (12%) tergolong sedang, 23 siswa (24%) tergolong tinggi dan 60 siswa (60%) tergolong sangat tinggi sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton Tahun Pelajaran 2018/2019 mempunyai tingkat kecerdasan spiritual (SQ) yang sangat tinggi. Tingkat Prestasi Belajar Siswa Kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton: Salim (2002: 1190) mengatakan "prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes" Menurut Soeryabrata (1989:284) prestasi belajar adalah hasil terakhir yang dicapai sebaik-baiknya dalam jangka waktu tertentu di sekolah. Prestasi belajar disini adalah nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan hasil dari ulangan harian, tingkat prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton memiliki prestasi yang tinggi. Kesimpulan ini didukung oleh 10 siswa (10%) tergolong cukup, 67 siswa (70%) tergolong baik dan 19 siswa (20%) tergolong baik sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton Tahun Pelajaran 2018/2019 mempunyai tingkat prestasi belajar yang baik.

Pengaruh Kecerdasan Emosional (X1) Terhadap Prestasi Belajar (Y) Siswa Kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton (Secara Parsial): Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh secara positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil ini ternyata sesuai dengan penelitian Subekti (2006) yang berjudul "Pengaruh IQ, EQ, dan SQ Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Diklat Produktif Program Keahlian APK di SMKN 1 Malang" menghasilkan adanya pengaruh yang signifikan antara IQ, EQ, dan SQ secara parsial terhadap hasil belajar siswa pada mata diklat produktif program keahlian sekretaris. Sementara itu hasil penelitian Faradisa (2006) yang berjudul "Hubungan Antara Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Prestasi belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Turen" menghasilkan bahwa ada korelasi antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Sedangkan hasil penelitian. Liviawati dan Afvan Aqueno (2013) yang berjudul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Ditinjau Dari Perspektif Gender” menghasilkan Kecerdasan Emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Dari hasil penelitian Martin (2003:42) terhadap siswa-siswa SLTP ber IQ tinggi (di atas 120) yang gagal dalam mata pelajaran matematika di sekolah menyimpulkan bahwa siswa-siswi tersebut gagal bukan karena kecerdasan mereka tetapi cenderung pada perasaan. Mereka cemas kalau mereka tidak akan paham dan membuat kesalahan, ada juga karena rasa tidak senang terhadap guru matematika. Sehingga dapat dikatakan bahwa mereka gagal dalam matematika bukan karena tidak mampu secara intelektual tetapi lebih karena faktor emosional. Siswa yang kondisi psikologisnya stabil bisa lebih berkonsentrasi dalam menghadapi dan menyelesaikan butir-butir soal ujian. Kesimpulan di atas tidaklah mengherankan sebab seorang siswa yang memiliki EQ tinggi akan memiliki kemampuan memotivasi diri untuk tak henti entinya berlatih secara rutin. Ketekunan itu, terutama bergantung pada sifat emosional, antusiasme serta kegigihan menghadapi tantangan. Begitu pula keadaan emosi yang negatif misalnya rasa emosi. Dari hasil penelitian terhadap lebih dari 36.000 orang menemukan bahwa semakin mudah cemas seseorang, semakin buruklah kinerja akademis mereka baik itu jenisnya nilai tes-les harian, IPK atau tes prestasi akademik. (Goleman, 2005:110-111). Berdasarkan penjelasan di atas, wajarlah bila siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton yang tergolong memiliki EQ sangat tinggi mampu mencapai prestasi belajar yang baik juga. Hal ini disebabkan oleh EQ yang mereka miliki seperti motivasi, pengaturan diri, tekun dalam mengejar sasaran meskipun banyak halangan dan kegagalan, tentu menjadi modal yang besar bagi mereka untuk mencapai prestasi tersebut.

Pengaruh Kecerdasan Spiritual (X2) Terhadap Prestasi Belajar (Y) Siswa Kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton (Secara Parsial) Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh secara positif dan signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar. Hasil ini ternyata sesuai dengan Desi Ika (2011) yang berjudul "Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang Dari Segi Gender” menghasilkan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa. Hal ini jika dikaitkan di lingkungan sekolah maka seorang siswa juga telah membawa potensi kecerdasan spiritual sehingga jika dioptimalkan akan mempengaruhi prestasinya di sekolah. Sementara itu penelitian Fardisa (2006) dengan judul "Hubungan Antara Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Prestasi belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri Turen” menghasilkan adanya korelasi yang signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Turen Ini berarti penelitian tersebut turut mendukung variabel kecerdasan spiritual pada penelitian ini dalam mempengaruhi prestasi belajar. Sedangkan penelitian Subekti (2006) yang berjudul “Pengaruh IQ, EQ, dan SQ Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Diklat Produktif Program Keahlian APK di SMKN 1 Malang" menghasilkan adanya pengaruh yang signifikan antara IQ, EQ, dan SQ secara parsial terhadap hasil belajar siswa pada mata diklat produktif program keahlian sekretaris. Berarti penelitian tersebut turut mendukung variabel kecerdasan spiritual pada penelitian ini dalam mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan penelitian, anak yang memiliki kecerdasan spiritualnya tinggi rasa ingin tahunya semakin besar, sehingga memiliki dorongan untuk selalu belajar serta memiliki kreativitas yang tinggi pula (Mardiyono,http//www.duniaguru.com) Sinetar (2001:8-10) menjelaskan bahwa anak yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan memiliki kreativitas yang sangat tinggi dan berhasil dari segi perilakunya, pintar dalam pelajaran dan cekatan dalam lingkungan sosial, cenderung serba bisa terlihat semangat yang menggelora. Oleh karenanya kecerdasan spiritual juga mendukung bagi keberhasilan seseorang. Lebih lanjut Sukidi (2004:112-122) juga mengemukakan bahwa salah satu nilai SQ terpenting dalam meraih hidup sukses dan juga membantu sebagai penyembuh beragam kegelisahan spiritual, misalnya kecemasan, ketakutan adalah dengan doa. Contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu dianjurkan untuk berdoa sebagai bentuk komunikasi kita kepada Tuhan dengan keyakinan bahwa keberhasilan kita semua juga ada campur tangan dari Tuhan. Hal ini sering dilakukan siswa jika akan menghadapi ujian, guru-guru, orang tua atau bahkan teman kita selalu mengingatkan untuk tidak lupa berdoa agar bisa berhasil. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh secara positif dan Signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa kecerdasan spiritual yang meliputi aspek spiritual keagamaan (relasira), aspek sosial keagamaan (relasi horizontal), dan aspek etika sosial akan diikuti oleh prestasi belajar yang baik di SMA Al-Yasini Kraton. Oleh karena itu siswa Kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton apabila ingin berhasil dan optimal dalam mencapai prestasi maka harus didukung oleh kecerdasan spiritualnya.

Pengaruh Kecerdasan Emosional (X1) dan Kecerdasan Spiritual (X2) Terhadap Prestasi Belajar (Y) Siswa Kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton (Secara Simultan): Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, secara simultan kecerdasan emosional (X1) dan kecerdasan spiritual (X2) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependen (Y) prestasi belajar siswa mata ekonomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton Tahun Pelajaran 2018/2019 dipengaruhi secara simultan (bersama-sama) oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi dari Subekti (2006) yang berjudul "Pengaruh IQ, EQ, dan SQ Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Diklat Produktif Program Keahlian APK di SMKN 1 Malang” yang menghasilkan bahwa IQ, EQ, dan SQ secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata diklat produktif program keahlian sekretaris. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi dari Faradisa (2006) yang berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Prestasi belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri Turen” menghasilkan kecerdasan emosional dan spiritual secara simultan korelasi postif berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri Turen. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan skripsi Desi Ika (2011) yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang Dari Segi Gender” menghasilkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Potensi otak manusia memang sangat luar biasa. Selain potensi kecerdasan intelektual, otak manusia juga memiliki kecerdasan lain diantaranya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Optimalisasi ketiga kecerdasan tersebut akan menjadikan manusia yang paripurna. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara simultan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa, hal ini berarti bahwa untuk mencapai prestasi yang tinggi seorang siswa tidak hanya berbekal IQ saja tetapi juga dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mereka. Sebagaimana menurut Sukidi (2002:68) SQ mampu mengungkapkan aspek yang bersifat asasi dan yang fitrah pada struktur kecerdasan manusia, sehingga SQ merupakan fondasi yang diperlukan untuk mengefektifkan fungsi kecerdasan intelektual dan emosional. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Danah Zohar dan lan Marsall (2002:4) bahwa SQ menjadi landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ. Pendapat tersebut berarti menunjukkan bahwa SQ adalah faktor yang dominan dalam menentukan keberhasilan seseorang. Pendapat lain dikemukakan oleh Ginanjar (2003:29) menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual dan intelektual akan mampu terciptakan apabila emosi dalam keadaan stabil. SQ bekerja maksimal ketika emosi tenang dan terkendali yang diatur oleh piranti EQ atau kecerdasan emosional, sehingga akhimya 1Q bisa menghitung dengan efisien, tepat, cepat. Kecerdasan emosional sebagai cerminan dari emosi setiap orang dan hal itu akan menggambarkan setiap perilaku individu tersebut. Begitu juga dengan kecerdasan spiritual yang menggambarkan arti sebuah makna dalam menghadap dan memecahkan setiap persoalan hidup. Oleh karenanya keberhasilan setiap individu khususnya siswa harus dihadapi dengan kestabilan emosi dan kebermaknaan hidup. Bagaimana setiap siswa dalam memaknai dan menilai bahwa belajar merupakan kebutuhan mereka. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut:

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu: Diketahui tingkat kecerdasan emosional siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton adalah tinggi, tingkat kecerdasan spiritual siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton adalah sangat tinggi, sedangkan tingkat prestasi belajar siswa kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton adalah baik. Diketahui terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional secara parsial dengan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton Tahun Pelajaran 2018/2019, terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan spiritual secara parsial dengan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton Tahun Pelajaran 2018/2019. Diketahui terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan dengan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas X dan XI IPS SMA Al-Yasini Kraton Tahun Pelajaran 2018/2019

Saran: Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka penulis dapat memberikan beberapa saran kepada pihak terkait, antara lain : Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, dan dapat dijadikan bahan untuk penelitian sejenis selanjutnya. Bagi Guru SMA Al-Yasini Kraton, hendaknya Guru-guru memasukkan unsur-unsur kecerdasan emosional dalam menyampaikan materi serta melibatkan emosi siswa dalam proses pembelajaran yang bermakna. Serta dapat menumbuhkan kesadaran bagi siswa agar siswa tidak hanya mengandalkan kecerdasan intelektualnya saja dalam mencapai prestasi tetapi juga menjaga motivasi, ketekunan, kepercayaan diri, kerja sama dengan teman lain, berdoa, berbuat kebajikan. Bagi SMA Al-Yasini Kraton, hendaknya pihak sekolah dapat memberikan training yang mengasah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa, sehingga akan meningkatkan mutu siswa. Misalnya dalam kegiatan MOS dapat diisi dengan pelatihan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual melalui kerjasama dengan mengundang trainer yang professional.

DAFTAR PUSTAKA: Agus Efendi. (2005). Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta. Agustian, Ary Ginanjar. 2011. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada. B uno, Hamzah.2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Goleman D. 2006. Emotional Intelligence: Kecerdasan emosional, mengapa EI lebih penting daripada IQ. Alih bahasa: T. Hermaya. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama. Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, terj. Alex Tri Kantjono, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Goleman, Daniel. 2009. Kecerdasan Emosional : Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.  Muhibbin Syah.2010.Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Myers, David G. (2012). Psikologi Sosial Edisi 10, Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika. Nggermanto Agus, Quantum Quetient (Kecerdasan Quantum) Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ Secara Harmonis, Yayasan Nusantara, Bandung, 2002. Shapiro. 2001. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suharsono. 2002. Melejitkan IQ, IE dan IS. Jakarta. Inisiasi Press. Sukidi. 2002. Kecerdasan Spiritual. Mengapa SQ Lebih Penting daripada IQ & EQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sukidi. 2004. Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Mengapa S Q Lebih Penting dari Pada IQ dan EQ. Jakarta: Gramedia. Sumadi Suryabrata. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Zohar, dan Marshall, I. 2007. SQ: Spiritual Intelligence The Ultimate Intelligence. Alih Bahasa Rahmani Astuti dkk. Bandung: Penerbit Mizan Media Utama. Zohar, Danah, Ian Marshal. (2005). Spiritual Capital. Jakarta:Mizan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar